CERITA GANJANG KATEAS BERBAHASA SIMALUNGUN DAN INDONESIA
Mitos Ketika Zaman para Raksasa dari Kabupaten Simalungun/Suku Simalungun yang Sarat Akan Makna
Oleh: Bapa Sidukkap Naburuk
20 Juli 2016
(Alih bahasa: Jasahdin Saragih/Jay Saragih)

Ilustrasi Ganjang Kateas

Kisah Terjadinya Gunung Simbolon
Nabasa ia dongma 4 marsanina: sikahanan namargoran Ganjang Kateas goran legan ni si Imbou Bolon, goran sondahan on aima DOLOG SIMBOLON.
Nahei (Kateas) ni ganjang tumang akkulani jolpok usih songon akkulani Imbou Bolon (Mawas). Bagaspe laut singgan towodni do sanlakkah ia mardalan lang hadakdakanni begu, bokkik pe sogopdo bani ambuluni naheini.
Pada zaman dahulu ada empat orang bersaudara: yang paling sulung namanya Ganjang Kateas dikenal juga dengan nama lain si Imbou Bolon, nama yang dikenal sekarang adalah Dolog Simbolon. Kakinya sangat panjang tapi badannya gemuk pendek seperti Mawas (Orang Utan). Kedalaman laut hanya sampai lututnya, sekali melangkah berjalan maka harimau tidak dapat lagi mengejarnya, bahkan kelelawar juga bergelantungan pada bulu kakinya.
Sipahi dua margoran Torapangiou mangianhon dolog na ganjang hinan aima Dolog Batu Takkas. Halani ganjangni hubabou tatapon songon batu. Niombahni Torapangiou aima Binowang (Gumowang), niombahni Binowang aima Banteinagnang. Niombahni Banteinangnang aima Urung Bunian (Homin). Anggo Torapangiou marianan ibagas Saringgou do hadoban ni, hinorhon ni parbinotohanni. Nasoboi tinjak tanoh pakon tappar hu langit.
Anak (saudara) ke dua namanya Torapangiou berdiam di gunung yang sangat tinggi yaitu gunung Dolog Batu Takkas. (cat. Boleh dipilih; gunung Batu Takkas, karena gunung sama dengan dolog). Karena tingginya gunung, bila dilihat ke atas terlihat seperti batu (red. Karena Salju). Anak dari Torapangiou bernama Binowang (Gumowang), anak dari Binowang yaitu Banteinangnang. Anak dari Banteinangnang adalah Urung Bunian (Homin). Torapangiou pada akhirnya berdiam di dalam awan yang berhembus, karena kehebatan ilmunya. Tidak bisa turun menginjak tanah dan juga menyentuh langit.
Sipahi tolu margoran Lusak Gana, akkulani etek pondok anjaha palpalon (lang marjambulan). Hasomalanni patuppu kuskus ni laut itoruhni laut/patuppu bakkeini raja, namatei sadari, dokkei appa nalegan bahen pulunganni Orbuk/Minak Sibiangsa.
Anak (saudara) ke tiga namanya Lusak Gana, badannya kecil pendek dan kepala botak. Kebiasaannya mengumpulkan kotoran di dasar laut/mengumpulkan bangkai raja, orang yang meninggal tiba-tiba (red. Misalnya karena kecelakaan), daging-daging hewan dan lain-lain untuk bahan pembuatan Orbuk/Minak Sibiangsa.
Sialin-sialinan boi soluk bani aha naiharosuhkonni anjaha ia ma guru bolonni Parsialimunan pakon padaskon tongosan naso taridah.
Kapan saja dapat beralih atau menyatu dengan benda maupun mahluk hidup yang diinginkannya dan dialah guru besar Parsialimunan (cat. Ilmu untuk menghilang) dan mengirim sesuatu yang tidak dapat dilihat.
Panorang bittang sareisei bartong bani langgom dunia (langit) borngin marsinalsal, sipata bittang songon rondang namakkamistak. Ganjang Kateas martenggar sihol namin manakkap pala sada namin dapot, nini uhurni. Hape mugar tali naipudun ibagas tontonni gabe pugar use sihol aima sihol bani Tulangni na i Hasundutan. Palado tarsirom si Lusak Gana mangidah salibonni si Ganjang Kateas songon nabulissah. Ijamalang siholan domma isalei tulang bokas ni jappalmu i hasundutan, patar marobung ma ho ambia bani taon taonanku jalo bagianmu! (Ibagas uhurni si Lusakgana).
Pada suatu ketika rasi bintang sareisei melintang di langit malam yang cerah, kadang bintang-bintang terlihat bertaburan seperti jagung kering yang dipanaskan. (red. pop corn) Ganjang Kateas senang gembira ingin menangkap salah satu dari bintang tersebut, dalam hatinya bergumam seandainya bisa mendapatkan salah satu darinya. Suasana tersebut membuat hatinya gundah kemudian muncul rasa rindu kepada pamannya yang tinggal di daerah barat (matahari terbenam). Si Lusak Gana senyum-senyum melihat tingkah laku Ganjang Kateas yang tiba-tiba gelisah. Dalam hati Lusak Gana mengatakan “pantas engkau merindukan karena pamanmu sudah meninggal (red. terbunuh) di Barat, besok engkau akan jatuh dalam jebakanku terimalah bagianmu!
Rimas tumangdo anggo si Lusakgana bani si Ganjang Kateas hinorhonni gati mistak Lusakgana hun laut panorang Ganjang Kateas manranjak laut. Gati homa mikitikit bani hubang i pandou natolngou hinorhonni holnoh irojat Ganjang Kateas.
Lusak Gana sangat membenci Ganjang Kateas karena dia sering terpental dari laut ketika Ganjang Kateas berjalan di laut. Sering juga lengket terjepit pada kubangan lumpur dalam di genangan air yang muncul karena bekas pijakan Ganjang Kateas.
Girah sogod panorang marhata seisei bikkatma Ganjang Kateas hun hapoltakan laho hu hasundutan laho manohu Tulang ni. Laut songon namalindak tanoh moyogoyog buttu buttu dugur dugur, bah sipata sotto mardalan anggo lopusma si Ganjang Kateas. Hujape Ganjang Kateas manlakkah sai i irikhon manuk Birik-birik do huppudi halani bani ambuluni gurungni do modom. Rossi sondahan on anggo lopus manuk- Birikbirik sanggah borngin natangihon bani tanoh nabogei do sora dojob-dojob usih panlakkahni Ganjang Kateas. Panorang lopus Birikbirik borngin ipattanghon do tinggalak panorang modom ase ulang borit boltokon. Hasomalonni Ganjang Kateas do modom panorang hundul halani lang boi tibal, hundul tombomni i buttubuttu jappalni i habungan. Parnaulangonni langboi tibal atakpe surngap/sunggayap, anggo surngap tarpodom ma ia holi usih Sobusobu puang namodom.
Pagi-pagi ketika serangga hutan sudah mulai berbunyi (red. biasanya sekitar pukul setengah enam pagi), berangkatlah Ganjang Kateas dari Timur (matahari terbit) ke barat hendak menjenguk pamannya (red. saudara laki-laki ibu). Laut seperti tumpah, tanah bergoyang goyang, bukit-bukit bergetar, sungai kadang berhenti mengalir ketika si Ganjang Kateas lewat. Kemana pun Ganjang Kateas melangkah selalu diikuti oleh burung-burung jalak dari belakang karena pada bulu punggungnya lah burung burung tersebut tidur. Hingga masa sekarang bila burung-burung jalak lewat pada malam hari jika didengarkan di tanah akan terdengar suara melangkah seperti hentakan langkah si Ganjang Kateas berjalan. Pada saat burung-burung jalak melintas pada malam hari dilarang (dipantangkan) tidur terlentang agar jangan sakit perut. Kebiasaan Ganjang Kateas adalah tidur dengan duduk karena tidak bisa terlentang berbaring, duduk di bukit-bukit dan telapak kakinya di lembah. Dipantangkan tidur berbaring terlentang ataupun telungkup, bila tidur telungkup dia akan seperti ratu dari rayap.
Randug tumang do boanonni si Ganjang Kateas hassi lang songon Hereh bah Appis narandugan tolon. Anggo Hereh bah Appis haru use littun hinorhon babah tiput pakon nahei harut appakon jamah bani jagul. Ilanja do dua gayang gayang parnahan ni siluah, lanja lanja ni humbani hayu Simaruppaman, somaldo ibahen harapatan ni bahen tambar ni namangarou totok.
Sangat susah bawaan badan si Ganjang Kateas walaupun tidak sesusah Kera dari sungai Appis yang terlalu rakus makanan. Kera dari sunggai Appis susah berlari karena mulut tangan dan kaki bersamaan menggigit dan memegang buah jagung. Di pundaknya memikul dua bakul tempat oleh-oleh, pikulan dari kayu Simaruppaman, bagian dalam kayu biasa digunakan sebagai obat bayi yang baru tumbuh giginya.
Ijujung Haduduk parnahanni parugasan pakon tugou sonai homa pulungan pulungan ni Tawar.
Happit sikaosni hadang bani Suppit (tas) parnahanni hiou pakon abit ni.
Isiamun hatting Bajut na mar Solpah ( tutup), parnahan ni demban hapur pining pakon nalegan.
Lang pala hujai hujon anggo pakkawah ni mardalan pitah hulobei do daoh ikawahkon, lang hinata hinorhon bueini bokkik marsigagatung bai ambulu ni nahei ni. Ia anggo si Lusak Gana ondi domma girah parlobei pasuanghon taontaonan bani dalan nasomal i dalani si Ganjang Kateas.

Ilustrasi Ganjang Kateas 2
Dia menjunjung bakul daun pandan yang berisi berbagai peralatan dan juga ramuan-ramuan obat. Sebelah kiri menghadang tas yang berisi hiou (cat. kain tenunan) dan pakaiannya. Sebelah kanan menenteng tepak yang bertutup, tempat sirih, kapur, pinang dan lain-lain. Pada saat berjalan tidak dapat melihat kemana-mana hanya menatap jauh ke depan, bertambah susah karena sangat banyak kelelawar bergantungan pada bulu kakinya. Namun si Lusak Gana sudah mendahului di depan untuk menyiapkan jerat pada jalan yang biasa dilalui oleh si Ganjang Kateas.
Ibahenma Orbuk Sibiangsa ibabouni bulung Torop i rukkub bani bulung rawah i tappeihon ma ai bani dalan nahotop idalani si Ganjang Kateas. Paimadas bani ongopan ipasuang dohoma Bonggar bonggar rimbas rimbas na mar pinggil humbani hayu Jottikan.
Tapparma naheini si Ganjang Kates bani pinggil tolkas ma bonggar bonggar manrimbas nahei ni, tarsonggot anjaha luppat hulobei tinjak tanoh ma jappalni bani bulung rawah onggopan ondi. Matornoh ma tanoh ibahen Orbuk Sibiangsa, marsappak sere tartanoh hinorhon tar rojat si Ganjang Kateas. Joruk anjaha Balad Ragei ma si Ganjang Kateas, Talun onggop onggopan ai igoranma ai sonari “Balandei” i Mariah Nagur.
Dia meletakkan serbuk sibiangsa di atas daun torop (cat. pohon buah dan daun mirip sukun) menutupnya dengan daun rawah diletakkan di jalan yang sering dilalui oleh si Ganjang Kateas. Sebelum sampai tempat pengintaian disiapkan juga jebakan dari kayu yang memukul terbuat dari kayu jottikan. Kaki si Ganjang Kateas menyentuh pengait jerat kayu, lalu kakinya dipukul oleh kayu, terkejut lalu melompat ke depan dan menginjak tanah tempat jebakan yang tertutup daun rawah. Tanah pun langsung longsor karena serbuk sibiangsa, serta berhamburan karena hentakan kaki si Ganjang Kateas. Si Ganjang Kateas terperangkap jatuh, badan terhempas, tempat jebakan dan pengintaian tersebut sekarang dinamakan “Balandei” di Mariah Nagur.
Matoppas anjaha takkop ma ia dugur ma pamatang ni tanoh, madeber marsappak sere ma ugas/pulung pulungan pakon siluah nalaho boanon ni bani tulang ni ondi.
Hornob ma hombun bani siman jujungni janah sinok modom rossi sonari, talun na i hornobi hombun ai i goran ma BORNOH.
Dia terjatuh tertelungkup membuat tanah pun bergetar, tercampak berhamburan semua peralatan/bahan-bahan obat dan oleh-oleh yang hendak disampaikan kepada pamannya. Awan turun menutupi kepalanya dan dia tertidur sampai sekarang, tempat yang dituruni embun tersebut di beri nama Bornoh.
Luppat ma Hirik humbani abal abal ni,sahira pulungan tambar pangoboli. Ia hirik ai hinan aima hirik doppak labah ni lubang ni ulu ni. Salih ma hirik ondi gabe dolog ,sonari igoran ma Dolog LUPPAT NI HIRI.
Jangkrik keluar dari tempat bambu yang dibawanya untuk obat menguatkan badan. Jangkrik tersebut adalah yang bersarang menghadap pintu rumah. Jangkrik tersebut pun berubah menjadi gunung, sekarang disebut gunung Luppat Ni Hiri.
Tuppang takkal ulang kahou haut do bani tanggoruhni, igoran ma ai rossi sonari Dolog SITUPANG.
Kayu penangkal untuk tidak tersesat terkait di punggungnya, disebutlah itu sampai sekarang Gunung Situpang.
Raga sappak hotang ni salih Dolog MARSAPPAK HOTANG, i talu Portibi Ganjang (sonari).
Lupak parhapuran magijig dohoma salih gabe Talun PARHUPPUIAN sonari igoran Tinggi Raja.
Doramani ni salih Dolog DORHAM, huluankon ni magijig otik iluh ni anjaha salih ma gabe bah namanrissan igoran ma bah Damak-Damak, sonari huta DAMAK (Mariah Raya). Suppit nai hadang hadangni bahen parnahanni abit pakon hiou salih Dolog SIMARSUPPIT. Suppit usih songon Haduduk, hasurunganni baggal happit toruh malojang anjaha etekan i babou.
Bajut ni losop do hubagas tanoh nabojei taridah pitah Solpah ni mando, salih ma ai Dolog SIMARSOLPAH.
Bola keranjangnya (cat. bola takraw) beralih menjadi gunung Marsappak Hotang, di daerah Portibi Ganjang. Tempat kapur terlempar jauh dan menjadi tempat Parhuppuian yang sekarang disebut Tinggi Raja. Hiasan kepala berubah menjadi Gunung Dorham, ke arah baratnya terlempar sedikit air matanya dan berubah menjadi sungai yang disebut sungai Damak-Damak, sekarang kampung Damak (Mariah Raya). Tas yang ditenteng tempat pakaian dan hiou berubah menjadi gunung Simarsuppit. Suppit mirip seperti kantong dari anyaman daun pandan, kelebihannya bagian bawah lebih besar dibanding bagian atas yang menyempit. Tepak sirih tertanam ke dalam tanah dan hanya terlihat sedikit saja, berubah menjadi gunung Simarsolpah.
Magijig ma bartong agong Palit ni (agong ni hayu saloh), salih ma ai gabe Dolog SIMARPALITOU. Mistak ma Garigit ni anjaha tombom, salihma gabe dolog igoran ma ai Dolog PANOMBOMAN.
Terbuang, terlempar arang yang biasa dioleskan di dahi (arang dari kayu saloh), berubah menjadi gunung Simarpalitou. Tempat air minum terlempar dan terhempas, berubah menjadi gunung yang di beri nama gunung Panomboman.
Ratting ni hayu Andorasi panrusuk attipa ni, salih Dolog SIANDORASI.
Hasowor ni masabur hu jahejahe pakon ibuttuni bongbonganni sijonaha i bah bolon pakon i buttuni bah basombu dohorhon huta Bartong sipispis (sonari). Buei ope parugasan/pulungan sahira siluah ni si Ganjang Kateas namasabur hu siamun hu siambilou sonai huluan (hasundutan) salih Dolog pakon Dolog dolog. Ia si Ganjang Kateas ondi sinok modom do ia sonari salih Dolog SI IMBOU BOLON. Paima sinok modom martonahdo si Ganjang Kateas bani RAJA NI NAMANGGULMIT marhitei Tanoh, Bah namardalan, Hombon pakon Bulung maratah nini ma: Hupabotohkon anjaha dingat hanima ma, au si Ganjang sedo namatei tapi namodom do. Nasobulih parsedaonnima pakon parsoya soya on nima Parugasan, pulungan appa nasahira siluah bani Tulangku ondi. Ulang iput puti hanima ambulu pakon tasik ni parugasanku ase ulang massadih anjaha moldik oldik hosah nima ipudini ari.

Talun harangan ni Hasowor ni Ganjang Kateas nahinan – Sidukkap Naburuk
Ranting kayu andorasi sebagai alat mengikat perlengkapan, berubah menjadi gunung Siandorasi. Kencurnya berserak ke daerah lembah dan tepian kolam si Jonaha (Nama tokoh cerita rakyat Simalungun?) di sungai Bah Bolon dan di tepi sungai Basombu dekat kampung Bartong Sipispis sekarang. Masih banyak peralatan/ bahan-bahan yang diperuntukkan sebagai oleh-oleh si Ganjang Kateas yang terhambur ke kiri ke kanan juga ke arah hulu (Barat) berubah menjadi gunung dan pegunungan.
Si Ganjang Kateas tetap tidur terlelap sampai sekarang berubah jadi Gunung Si Imbou Bolon. Sebelum tertidur lelap si Ganjang Kateas bepesan kepada Raja dari Yang Hidup di Tanah, sungai yang mengalir, awan dan daun-daun hijau, mengatakan, “Kuberitahu dan ingatlah selalu, saya si Ganjang tidak mati tapi hanya tidur. Jangan sekali-kali merusak dan menyia-nyiakan semua peralatan, ramuan dan apa yang saya rencanakan menjadi oleh-oleh buat pamanku. Jangan mencabuti bulu-bulu dan karat dari peralatanku supaya tidak susah dan menderita hidup kalian dikemudian hari”.
Bani sada panorang puhodo au holi, anggo laho puho ma au holi dongdo riha rihani; Dalahi marharosuh bani dalahi. Daboru marharosuh bani daboru, marsidoraban maholi namar besan hidoratni iparseda akkula pakon parugasanku. Manguluan ma bah baggal namangehen, makkalindak ma laut hinorhon ni mangguas guas Ihan Raya i harat Uttung uttung namilasan.
Massadih do bahenonku barang ise pe rossi ginopparni naparsedahon akkula pakon parugasanku.
MASSADIHH MA HOLI NALANG RA MANAPPAKHON PAKON NAMANANGIHON LAPA LAPA NA HAROM – sonai ma dasni . Diateitupa
“Pada suatu waktu saya akan bangun kembali, sebagai tanda-tanda saya akan bangun: laki-laki menyukai laki-laki. Perempuan menyukai perempuan, saling bertabrakan yang berbesan (cat. melanggar yang tabu), kehormatan dirusak oleh badan dan benda-benda. Sungai mengalir dari hilir ke hulu, air laut tumpah karena geliat dari ikan besar, cuaca yang sangat panas. Saya akan buat susah siapa saja dan keturunannya yang merusak badan dan peralatanku. Akan menderita yang tidak bersedia menebar dan mendengarkan nasehat.
Tambahan:
Niombahni si Torapangiou do si Binowang alias Gumowang alias Sanjokkal 2 jari. Binowang itubuhkon dayang bunga subangsubang (putri anting2) ganjangni lang lobih sanjokkal 2 jari.
Anggo tuturni: mar bapa tua ma sanjokkal 2 jari bani si ganjang kateas.
Anak dari si Torapangiou adalah si Binowang alias Gumowang alias Sanjokkal 2 jari. Binowang dilahirkan Dayang Bunga Subang-subang (Putri Anting-anting) yang tingginya tidak lebih sari satu jengkal dua jari. Menurut kekerabatannya: Si Ganjang kateas adalah bapa tua dari Sanjokkal Dua Jari